Kamis, 09 Oktober 2008

KOMUNITAS (by: sonya)

Amsal 13:20
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.

Bagaimana komunitas kita menentukan akan menjadi orang seperti apa kita. Burung rajawali yang sejak kecilnya diasuh dan bergaul dengan ayam akan berlaku seperti ayam. Demikian juga manusia. Kalau kita bergaul dengan orang yang bejat, tinggal tunggu waktu saja kita ketularan menjadi bejat. Kalau kita bergaul dengan orang yang suka omong kotor, sekuat apa pun kita suatu waktu kita juga akan ikut omong kotor. Sebaliknya kalau kita bergaul dengan orang-orang yang hidupnya kudus dan dekat dengan Tuhan, kita akan ikut menjadi orang yang menjaga kekudusan dan dekat dengan Tuhan juga. Kalau kita merasa diri kita malas, lebih baik jangan bergaul dengan orang-orang yang juga malas. Lebih baik kita bergaul dengan orang-orang yang rajin agar kita ikut dengan kebiasannya yang rajin sehingga kita berubah menjadi lebih baik. Dalam bergaul dengan orang-orang yang "level'nya di atas kita ini memang diperlukan proses. Besar kemungkinan kita akan menjadi malu karena kita terlihat yang paling "cupu". Namun bagi yang bisa bertahan sampai pada akhirnya, kita akan menjadi manusia yang lebih baik dan hidup kita semakin memuliakan Tuhan.

Amsal 27:17
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Pentingnya komunitas kawan seiman (kelompok sel).

1. Bergaul dan saling memperhatikan
Dalam kelompok sel kita bisa bergaul dengan kawan-kawan seiman sehingga pergaulan kita selaras dengan Firman Tuhan. Bagi beberapa orang yang jauh dari keluarga, kelompok sel bisa menjadi keluarga kedua (ada kasih persaudaraan). Kita bisa saling share dan saling menguatkan.

2. Pertumbuhan rohani
Di dalam kelompiok sel kerohanian kita bisa bertumbuh. Kita bisa bersekutu, menyembah Tuhan, saling membangun, dan saling mendoakan. Kita bisa lebih dekat dengan Tuhan dan mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan. Tidak menutup kemungkinan bahwa di kelompok sel akan ada perbedaan pendapat dan gesekan-gesekan. Namun hal itu juga dipakai Tuhan untuk membuat kita semakin bertumbuh baik dalam hal karakter dsb. Justru kelompok sel yang sehat adalah kelompok sel yang diproses oleh Tuhan.

3. Mengembangkan talenta
Kelompok sel yang lingkupnya lebih kecil dari gereja memberi peluang yang lebih besar bagi kita untuk mengembangkan talenta dan karunia rohani yang Tuhan berikan. Lita bisa saling mendorong, saling menguatkan, dan saling membangun. Misalnya orang yang memiliki talenta bermain gitar dan hanya mempunyai sedikit peluang untuk pelayanan di gereja, bisa mengembangkan talentanya di kelompok sel dahulu.

4. Menjangkau ke dalam dan ke luar
Kelompok sel merupakan sarana yang efektif untuk menjangkau jiwa, karena jiwa yang baru dimenangkan itu bisa langsung mempunyai komunitas yang bisa mendukung pertumbuhan rohaninya. Sedangkan untuk penjangkauan ke dalam, kita bisa saling menjaga untuk setiap anggota sel yang sudah ada. Ada tertulis di Alkitab bahwa "Iblis dengan giatnya mengintai bagai singa yang mengaum-aum mencari mangsa yaitu domba yang terlepas dari kawanannya". Ayat itu sebenarnya menjelaskan bahwa di saat kita terlepas dari komunitas, kita akan mudah sekali jatuh ke dalam dosa dan sulit sekali untuk lepas dari cengkeraman iblis. Hal ini mengingatkan kita pada teman-teman kita yang "menghilang" agar kita bawa kembali ke komunitas. Namun kalau mereka tidak mau kita tidak boleh memaksa, kita bisa memakai cara yang lebih halus namun efektif yaitu dengan berdoa.

Gbu..

Rabu, 03 September 2008

Sebuah Ruangan

Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti apa. "Aku membuat mereka terperangah," kata Brian kepada ayahnya, Bruce. "Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis." Dan itu juga merupakan tulisannya yang terakhir.

Orang tua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway County, Ohio.


Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan sebelumnya, ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya. "Anda merasa seperti ada di sana," kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. "Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya," kata Nyonya Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. "Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya."

Inilah esai Brian yang berjudul "RUANGAN".

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik perhatianku berjudul "Cewek-cewek yang Aku Suka". Aku mulai membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak, menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip ini.

Arsip berjudul "Teman-Teman" ada di sebelah arsip yang bertanda "Teman-teman yang Aku Khianati". Judul arsip-arsip itu berkisar dari hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. "Buku-buku Yang Aku Telah Baca". "Dusta-dusta yang Aku Katakan". "Penghiburan yang Aku Berikan". "Lelucon yang Aku Tertawakan". Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan kekonyolannya: "Makian Buat Saudara-saudaraku" .

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: "Hal-hal yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku. ", "Gerutuanku terhadap Orangtuaku". Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda "Pertunjukan- pertunjukan TV yang Aku Tonton", aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda "Pikiran-Pikiran yang Ngeres", aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu arsip in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani diri sendiri.

Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul "Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil". Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu arsip. "Jangan!" seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan hanyalah "Jangan, jangan!" ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalanmendekatiku. Ia menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, "Sudah selesai!"

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

(Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas-kesaksian.blogspot.com mohon jangan dihilangkan/ didelete ketika anda memforwardnya)


KEKUDUSAN (by: sonya)


Bersyukurlah kalau kita merasa perbuatan kita nggak kudus-kudus amat (hal yang wajar, saya juga sering mengalaminya), karena sebagai manusia memang begitu kenyataannya. Justru manusia yang merasa perbuatannya 100% kudus (dengan usahanya sendiri) rentan jatuh dalam kesombongan. Kita anak-anak Tuhan disebut kudus karena Tuhan yang menguduskan, melalui pengorbanan-Nya di kayu salib semuanya sudah selesai.

Di dunia ini kita tetap berusaha untuk hidup kudus semata-mata untuk menyenangkan hati-Nya, agar tidak mendukakan Roh Kudus yang ada di hati kita karena kita mengasihi-Nya. Kalau kita merasa hidup kita nggak kudus, kita tinggal minta ampun kepada Tuhan dan memperbaiki hidup kita agar menyenangkan hati-Nya (tentu saja bukan dengan kekuatan kita sendiri tapi dengan mengandalkan Tuhan). Bahkan bagi kita anak-anak-Nya, Bapa di Surga sudah mengampuni kita sebelum kita minta ampun pada-Nya.

Ingatlah pengorbanan-Nya di kayu salib yang sudah menguduskan kita dan Roh Kudus yang ada di hati kita, merupakan bukti dari pengudusan yang dilakukan oleh Tuhan. Ia yang menguduskan kita itu setia dan kesetiaan kita sungguh tidak ada apa-apanya dibanding dengan kasih setia-Nya.

YOHANES 6:37

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.



Jesus really loves you with His love that never ends ^0^

Senin, 01 September 2008

Waspada Ajaran Sesat

Thanks to Jesus who gave me new computer...
123faith.tk bisa diupdate lagi.. =D

Menanggapi artike sonya yang membahas tentang ajaran ajaran yang melenceng dari alkitab, Saya tergerak untuk menuliskan ulang artikel yang pernah saya baca sebelumnya. Yaitu menang atas ajaran-ajaran sesat.

3 jenis ajaran sesat
1. Sinkritisme ( percampuran ajaran-ajaran )
2. Gnostik
3. Askese/ bertarak. ( menyiksa tubuh )

Saat ini, saya akan lebih fokus kepada ASKESE/BERTARAK
Why?
Karena ajaran askese/bertarak ini sering saya lhat didalam kehidupan kekristenan banyak orang, termasuk beberapa diantaranya saya kenal.

What?
Apakah askese? Askese adalah suatu paham yang mengajarkan:

1. Terang itu baik, materi itu jahat
AJaran ini mengajarkan bahwa kalau kita masih mencari uang, mengenakan perhiasan dan baju yang mahal dan bagus, dll berarti kita masih terikat dengan roh dunia. Sebaliknya, jika kta hidup hidup menderita maka kta akan dimuliakan.
Ajaran ini benar-benar salah....
Bayangkan bila anda pergi ke suatu pesta, anda menggunakn pakaian yang kumuh. Bayangkan bagaimana reaksi orang tua anda? Orang tua anda pasti akan malu setengah mati. Bila orang tua anda yang di dunia saja malu, apalagi Bapa kita di surga. Kita akan mempermalukan Bapa kita.

2. Penyangkalan diri
Artinya menolak segala kesenangan. Padahal Paulus sedang mengajarkan penyangkalan diri yang berbeda yaitu jika kita punya sifat-sifat duniawi, itu harus dibuang. Kesenangan boleh saja ( menonton, karaoke , hal-hal yang menyukakan diri kita, selama tidak menyakiti hati Bapa )

3. Yang diberi mahkota adalah yang menjalankan sahid.
Artinya hanya orang yang mati/dibunuh karena pelayananlah yang akan menerima mahkota.

4. Melupakan "kemerdekaan" (gal 5:1-3; 13; 1kor 10:23-26)
Ajaran ini melupakan kemerdekaan, padahal di dalam Kristus, kita adalah orang orang merdeka. Tetapi kita jangan mempergunakan kemerdekaan kita untuk hidup dalam dosa. Tetapi apabila memang itu berkat, harus kita terima.

INTI DARI AJARAN ASKESE/TARAK
1.PENDERITAAN TUBUH ADALAH KEMULIAAN ROH.
Semakin tubuh menderita, roh semakin mulia. Padahal hal tersebut TIDAK ADA HUBUNGANNYA SAMA SEKALI. Kalau kita menderita itu hanya karena kesalahan kita maka kita dihukum dan adanya proses, sehingga atas ijin Tuhan penderitaan itu datang.

2.YESUS YANG DATANG KEMBALI TIDAK MAU DISAMBUT DENGAN KESIBUKAN.
Ajaran ini mengajarkan kita hrus berdoa ketika Yesus datang untuk kedua kalinya.

3. KESUCIAN ADALAH BEBASNYA JIWA DARI KEINGINAN TUBUH.
Bebas dari keinginan tubuh belum tentu kita menjadi suci ( kudus ). Bebas keinginan tubuh tetapi tanpa Tuhan juga percuma.


BAGAIMANA CARA MENANGKAL AJARAN SESAT?
1. Sungguh2 bergaul dengan Tuhan Yesus.
2. Baca alkitab, semua yang tidak sesuai dengan alkitab adalah sesat.
Roh kudus memang memberi pewahyuan baru, tetapi tidak pernah bertentangan dengan alkitab. (filipi 2:12-18)


Dalam ajaran askese/tarak ini, ayat2 sering ditafsirkan keliru sehingga beranggapan bahawa hidup Kristen itu harus menyiksa tubuh . Padahal Yesus sudah menggenapi "Aku mati supaya kamu hidup"

Banyak sekali orang-orang yang saya kenal memilih untuk bertarak untuk tidak menonton tv, tidak menonton bioskop, tidak membaca novel, tidak menyanyikan lagu-lagu yang bukan lagu rohani, Menghindari pesta.
Tapi semuanya itu TIDAK ADA GUNANYA. Dengan berlaku demikian, Anda berpikir roh anda akan semakin mulia? Tidak, kemuliaan roh kita akan kita dapat melalui bergumul dengan Tuhan, berelasi dengan Tuhan, berhubungan intim dengan Tuhan, Dan melakukan hal-hal yang saya sebutkan diatas sama sekali tidak dosa. Bila kita hidup dekat dengan Tuhan, Roh Kudus akan membimbing kita sendiri.

Hidup adalah pilihan, terserah anda untuk lebih memilih dalam kehidupan "Keju dan Biskuit" Anda.


"Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" Gal5:1
Jangan mau lagi diperhamba oleh hukum-hukum yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kita bebas, kita merdeka.

MATIUS 15:9
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”
Untuk lebih melengkapi pengertian kita dapat dibaca artikel "Hidup Berdasarkan Aturan beragama atau Relasi dengan Tuhan?"

Kamis, 21 Agustus 2008

Hidup berdasarkan aturan agama atau relasi dengan Tuhan? (by: sonya)

ROMA 7:4
Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.

MATIUS 15:9
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”


Seringkali di gereja-gereja maupun kelompok sel ada peraturan semacam ini:
1. Dilarang nonton bioskop
2. Dilarang nonton tv
3. Satu orang wanita tidak boleh pergi jalan-jalan dengan beberapa orang pria
4. Dilarang mendengarkan lagu selain lagu-lagu rohani
dan berbagai macam aturan lain yang sebenarnya tidak ada di dalam Alkitab.

Aturan semacam itu dibuat sendiri oleh manusia, dan yang membuat hukum semacam itu memang bermaksud baik. Namun sebenarnya ada satu hal yang harus disadari oleh setiap orang percaya, yaitu: setelah kita diselamatkan, hidup kita bukan lagi berdasarkan aturan-aturan agama semacam itu, namun berdasarkan relasi kita dengan Tuhan.

Misalnya larangan untuk nonton bioskop maupun pergi dengan teman-teman itu dibuat untuk mencegah hal yang tidak-tidak. Aturan seperti itu jangan sampai menjadi doktrin karena kita harus lihat-lihat dulu dengan siapa kita pergi. Kalau dengan orang yang tidak jelas asal-usulnya ya memang lebih baik jangan, namun kalau dengan teman-teman kita sendiri sesama anak Tuhan dan diperbolehkan oleh Tuhan bukankah hal itu tidak masalah?

Kalau kita mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, merenungkan Firman Tuhan, hidup kita dikuasai oleh Roh Kudus yang membimbing kita untuk hidup benar dan jaga kekudusan. Hubungan pribadi dengan Tuhan ini harus terus-menerus dibina agar kita lebih dikuasai roh daripada daging.

FOKUS KITA SEHARUSNYA ADALAH RELASI KITA DENGAN TUHAN, BUKAN ATURAN-ATURAN.

Gaya hidup kita tidak boleh dibangun berdasarkan aturan! Hidup ini bukan tentang menaati satu set peraturan. Kehidupan kita ada di dalam persatuan dengan Yesus Kristus. Segala sesuatu harus mengalir dari itu.


Peraturan-peraturan semacam ini akan mengarah pada legalisme dan roh agamawi, kembali ke zaman Perjanjian Lama. Sadar!!! Kita sekarang ada di zaman Perjanjian Baru, kita sudah DIBAYAR LUNAS oleh Tuhan Yesus. Kita harus kembali pada Alkitab. Apa yang Alkitab katakan mengenai aturan-aturan agama ini?

Dalam Alkitab, Tuhan benar-benar berkata kalau kita sudah dibebaskan dari Hukum Taurat (yang dibuat sendiri oleh Tuhan, sudah digenapi oleh Hukum Kasih Tuhan Yesus), Tuhan tidak menghendaki kita menghambakan diri terhadap hukum lain yang dibuat manusia (yang saya maksud di sini bukan hukum ketetapan pemerintah/undang2 - kalau itu kita harus tunduk pada pemerintah, tapi yg saya maksud di sini hukum yang dibuat oleh para pemimpin gereja yg kadang aneh-aneh).

KOLOSE 2:20-22
20Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:
21jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;
22semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
23Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.


Michael Yaconelli - Dangerous Wonder, Steve McVey - Negeri Kasih Karunia (Grace Land):
Setiap kali para murid mulai menetapkan peraturan-peraturan -- anak-anak tidak boleh mendekati Yesus; jangan biarkan orang banyak menyentuh Yesus; jangan bicara dengan wanita Samaria; jangan biarkan orang-orang membuang-buang minyak wangi yang mahal -- Yesus menyuruh mereka untuk menghentikannya, dan teguran-Nya biasanya diikuti dengan kuliah-Nya, "Kalian masih tidak mengerti juga! Kita tidak menggantikan aturan-aturan agama dengan peraturan kita. Kita sedang mengganti aturan-aturan agama dengan Aku!" Yesus terus-menerus mengatakan "Ikutlah Aku!" bukan "Ikuti peraturan-Ku!" Jadi, kebanyakan dari kita telah menghabiskan kehidupan Kristiani kita dengan mempelajari apa yang tidak bisa kita lakukan bukannya menikmati apa yang bisa kita lakukan di dalam Yesus.

Jadi, berhentilah terfokus pada aturan-aturan agama. Anda telah mati terhadap sistem itu. Sekarang Yesus Kristuslah hidup Anda. Mengerti bahwa kita telah mati terhadap hukum Taurat, satu-satunya yang perlu untuk meraih kemenangan adalah dengan memahami apa rencana Allah bagi orang-orang percaya. Kita hidup dengan hukum yang berbeda, yang disebut hukum Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus.

Ada ilustrasi tentang sekelompok orang yang naik kapal, tiketnya sudah lunas dibayar. Semua orang yang di kapal itu makan steak. Namun ada 1 orang yang makan keju yang dibawanya dari rumah. Pada hari terakhir ada seorang penumpang yang bertanya kepadanya, "Mengapa kamu makan keju, tidak makan steak?" Jawabnya, " Saya tidak mampu membayar makanan steak itu." Kemudian penumpang yang menanyainya itu berkata, "Steak itu sudah dibayar lunas bersama tiketnya."

Semuanya terserah kita, kita mau menikmati steak, atau makan keju terus-menerus.

Jesus loves you ^0^